Upaya Menghadapi Serangan Belanda Pada Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang
12 April 2009 2 Comments
Palembang merupakan kota yang strategis di Sumatera Selatan. Sebagai kota tua, Palembang banyak menyimpan sejarah perjuangan rakyat. Keberadaan Palembang yang dibagi oleh Sungai Musi menambah eksotismenya. Ciri khas Kota Palembang sebagai kota yang sangat didominasi oleh air, bahkan oleh Belanda sebelum Perang Dunia II, pernah dipromosikan sebagai “Venetie van het Verre Oasten” atau “Venesia dari Timur Jauh.” Kekayaan alam Sumatera Selatan menjadi kebanggaan sekaligus ancaman dari bangsa asing.
Setelah Perang Dunia II, Sekutu membonceng NICA ke Indonesia dengan maksud agar Belanda dapat kembali menguasai Indonesia. Konflik RI dan Belanda semakin menimbulkan ketegangan. Para pasukan RI, laskar dan rakyat berusaha mempertahankan Kemerdekaan yang telah dicapai pada 17 Agustus 1945. Usaha untuk mencapai kepentingan Belanda berlanjut dengan pertempuran besar. Pertempuran besar yang menentukan antara lain Bandung Lautan Api, Pertempuran Ambarawa, Medan Area, Puputan Margarana dan lain-lain. Di Sumatera Selatan pun terjadi pertempuran besar yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 1 hingga 5 Januari 1947.
Hal terpenting dari perundingan itu antara lain tentara Belanda tidak akan memperluas atau melewati batas daerah yang diserahkan kepadanya oleh Inggris dan akan memelihara status quo. Sementara itu di Palembang mulai dilakukan pengembangan kekuatan militer oleh Pasukan TRI, sedangkan pihak Belanda giat menyusun posisi dan memperkuat pasukannya di Palembang.
Penghentian tembakan-tembakan tersebut tidaklah berlangsung lama, Belanda kembali melanggar kesepakatan pada 29 Desember 1946, berupa terjadi penembakan terhadap Letnan Satu A. Riva’i, Komandan Divisi Dua, yang mengendarai sepeda motor Harley Davidson saat sedang melakukan inspeksi kepada pasukan-pasukan dan pos-pos pertahanan TRI-Subkoss/Lasykar. Ketika melintas di depan Charitas, ia ditembak dengan senjata otomatis oleh pasukan Belanda yang berada di Charitas. Letnan Satu A. Riva’i berhasil menyelamatkan diri walaupun tembakan itu tepat mengenai perutnya.
Front Pertempuran Lima Hari Lima Malam
1. Front Seberang Ilir Timur
Front Seberang Ilir Timur meliputi kawasan mulai dari Tengkuruk sampai RS Charitas – Lorong Pagar Alam – Jalan Talang Betutu – 16 Ilir – Kepandean – Sungai Jeruju – Boom Baru – Kenten. Pertempuran pertama terjadi pada hari Rabu 1 Januari 1947. Belanda melancarkan serangan dan tembakan yang terus menerus diarahkan ke lokasi pasukan RI yang ada di sekitar RS Charitas. RS Charitas berada di tempat yang strategis karena berada di atas bukit sehingga menjadi basis pertahanan yang baik bagi Belanda. Daerah Front Seberang Ilir (RS Charitas) menjadi tanggung jawab dari Komandan Resimen Mayor Dani Effendi. Basis strategi pertahan di Front Seberang Ilir Timur terutama berlokasi di depan Masjid Agung, simpang tiga Candi Walang, Pasar Lingkis (sekarang Pasar Cinde), Lorong Candi Angsoko dan di Jalan Ophir (sekarang Lapangan Hatta).
Pada pertempuran hari kedua, konsentrasi pasukan terutama diarahkan terhadap pasukan dan pertahan Belanda di RS Charitas. Namun, Belanda berhasil menerobos lini Talang Betutu setelah terlebih dahulu berhadapan dengan Lettu Wahid Uddin bersama Kapten Anima Achyat. Belanda telah memperkuat tempat-tempat yang telah mereka kuasai, terutama di depan Masjid Agung. Sementara itu, kapal-kapal perang (korvet) Belanda mulai hilir mudik di Sungai Musi sambil menembakan peluru mortirnya kesegala arah. Secara spontanitas, rakyat dan pemuda di dalam kota dan luar kota turut serta bertempur melawan Belanda. Mobilisasi umum di kalangan masyarakat agraris-tradisional terus berlangsung untuk menghadapi Belanda. Melihat kemajuan-kemajuan dipihak kita, Belanda pun segera mengadakan pengintaian, bahkan melakukan tembakan dari udara terhadap kereta api yang membawa bahan makanan, bantuan dari Baturaja, Lubuk Linggau, dan Lahat. Rakyat yang berada di Front Seberang Ilir menjadi sangat menderita karena keterbatasan kesediaan pangan akibat Sungai Musi dikuasai Belanda dan penembakan kereta api.
SUMBER PHOTO : palembangtempodulu.multiply.com
SUMBER PHOTO : palembangtempodulu.multiply.com
SUMBER PHOTO : palembangtempodulu.multiply.com
Upaya Perundingan dan Pengakhiran Pertempuran
Perundingan ini dilakukan oleh pihak RI dikarenakan ada kepentingan strategis dengan alasan:
• pertama, mencegah korban lebih banyak
• kedua, kita perlu mengadakan konsolidasi kekuatan kembali
• ketiga, dari segi politis akan memberikan gambaran kepada dunia internasional bahwa RI cinta perdamaian, sekaligus menegaskan bahwa pemerintah pusatnya dipatuhi oleh daerah-daerahnya.
Perhitungan yang melandasi berunding dari pihak RI adalah berdasarkan:
• Pertama, perjuangan kemerdekaan akan memakan waktu cukup lama, mungkin bertahun-tahun.
• Kedua, hampir 60% pasukan RI di Sumatera Selatan berada di Kota Palembang, bila sampai bertempur habis-habisan akan memperlemah kekuatan pada masa selanjutnya.
SUMBER PHOTO : palembangtempodulu.multiply.com
Good morning, This is a superb post, but I was inquiring how do you suscribe to the RSS feed?
Mantap bung, seharusnya sejarah-sejarah seperti ini diajarkan di sekolah-sekolah di palembang untuk meningkatkan jiwa patriotisme dan persaudaraan pemuda-pemuda palembang. Sayangnya, di sekolah saya dulu tidak diajarkan. Saya pun tahu adanya pertempuran ini secara tidak sengaja melihat monumen Pertempuran 5 Hari 5 Malam di komplek pertamina plaju. Lanjutkan bung.