Korban Trafficking Meningkat


2015, Sudah Temukan 8 Korban

Korban Trafficking Meningkat
Ingin Pulang: Fe dan Ra berasal dari Cibaduyut, Bandung, menjadi korban human trafficking ingin pulang ke rumah saat berada di kaontor P2PA, kemarin.

* * * * * * * * * * * * * * *

PALEMBANG – Trafficking (penjualan orang) sudah lama terjadi. Hanya saja, semakin ke sini sudah banyak laporan sehingga angkanya pun selalu mengalami peningkatan. Bahkan kemarin, Badan Pemberdaya Perempuan dan Perlindungan Anak Sumsel mendapatkan dua korban trafficking asal Bandung yanfg dipekerjakan di Linggau. Hal ini dikatakan Susna Sudarti, Kepala Badan P2PA, kemarin (4/9).

Dijelaskannya, sebelumnya pihanya menerima fax dari Badan Permerdaya Perempuan di Bandung, Jabar. “Mereka menginformasikan terjadinya trafficking warga dari Jabar kerja di Linggau ,” imbuhnya.

Apalagi, yang menjadi korban trafficking ini merupakan dua orang anak yang baru berumur 14 tahun. “Setelah dilacak tim dan koordinasi dengan pihak Polres Lubuklinggau keduanya langsung ditemukan dan dibawa kemari,” terangnya seraya mengatakan, keduanya baru datang ke P2PA pukul 03.00 WIB.

Sebagai upaya tindalanjut, untuk sementara, pihaknya bakal menempatkan kedua korban tersebut ke rumah perlindungan di Dinsos dan bakal langsung ditindaklanjuti. Lebih lanjut dikatakan Susna, tren trafficking ini mengalami peningkatan. Sebelumnya, juga ada korban trafficking di Banyuasin yang berasal dari NTT.

Banyaknya kasus trafficking ini membuat pihaknya mengusulkan di setiap kabupaten/kota supaya segera membentuk Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP2PA). “Sekarang dari 17 kabupaten/kota, baru 4 yang sudah terbentuk,” lanjutnya. Kalau sudah dibentuk, tinggal koordinasi.

Ditambahkan Milda Santi, Kabid Perlindungan Perempuan, kasus trafficking ini semakin meningkat. “Bahkan, di tahun ini, bisa dibilang yang terbanyak,” ujarnya. Per Januari-Septembar, terdapat delapan korban yang melapor ke pihaknya. “Yang tidak melapor juga pasti ada,” imbuhnya.

Untuk yang melapor, keduanya berasal dari Bandung, 4 NTT dan 2 Jabar. “Itu yang ditangani gugus tugas ,” imbuhnya. Sementara di 2013 lalu, hanya ada 1 kasus dengan jumlah 3 korban dan 2014 justru nihil kasus trafficking. (chy/nan/ce4)

“Kami Dijanjikan Gaji Rp 14 Juta Sebulan”

Korban trafficking anak-anak di bawah umur kembali ditemukan di Sumsel, tepatnya di Kota Lubuklinggau. Mereka adalah Re (14) dan Fa (14). Keduanya berasal dari Cibaduyut, Bandung. Saat dibincangi di kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sumsel, keduanya mengaku sudah sebulan tinggal di Linggau. “Kami bekerja di tempat karaoke di sana,” ujar Fa, kemarin (4/9).

Diakui anak yang putus sekolah SMP ini, mereka datang ke Linggau diantarkan oleh sepasang suami istri yang menawarkan pekerjaan. “Ya, saya kenal sama dia, mereka juga orang Bandung,” imbuhnya seraya mengatakan, kedua pasangan suami istri tersebut biasa dipanggil Eko dan istrinya, dipanggil Bunda.

Tak ada kedekatan khusus ataupun hubungan keluarga dengan orang yang “menjualnya”. Hanya sebatas kenal. Setelah mengantar mereka ke Sumsel, kedua pasangan suami istri itu langsung kembali ke Bandung.

Dijelaskannya, saat ditawari pekerjaan, keduanya diiming-imingi bakal diberikan gaji Rp 14 juta/bulan. “Waktu itu ketemu di pasar Bandung, kami dijanjikan bakal digaji Rp 14 juta/bulan,” lanjutnya lagi. Awalnya, Fa mengaku memang disebutkan bakal dipekerjakan di tempat karaoke. Hanya saja, dirinya tak mengetahui kalau karaoke tempatnya bekerja juga merupakan karaoke plus-plus.

Dengan nada manja dan masih kekanak-kanakan, Fa mengaku tak tahan bekerja di sana sehingga dirinya menelepon ibunya yang tinggal di Bandung. “Saya telepon mama, pingin pulang. Gajinya juga kecil di sana,” ujarnya.

Sebelumnya, Fa mengaku bekerja di salah satu pabrik sepatu di cibaduyut. Dan, dirinya pun berjanji kalau sudah tiba di Bandung, akan kembali bekerja di pabrik sepatu. “Saya kapok, tidak akan kerja begini lagi,” elaknya.

Selama sebulan bekerja, tak hanya melayani pria hidung belang yang menyanyi, tapi juga melayani layaknya hubungan suami istri. “Semalam paling sekali sampai dua kali,” akunya lagi.

Ditambahkan Re, saat berhubungan, selalu menggunakan alat kontrasepsi kondom. “Pakai kondom dua lapis.” Lanjutnya seraya mengatakan, juga sempat suntik KB supaya tidak hamil. Untuk pelanggannya sendiri, kebanyakan para sopir mobil truk yang mampir.

Tak hanya berdua, yang kerja di karaoke tempatnya bekerja juga banyak temannya lain, juga berasal dari Bandung. Hanya saja, semuanya sudah mempunyai anak dan tidak ada yang di bawah umur. “Kami sekarang ingin pulang saja,” tukasnya. (chy/nan/ce4)

Sumareta Ekspres, Sabtu, 5 September 2015

About Iwan Lemabang
Aku hanya manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa.

One Response to Korban Trafficking Meningkat

  1. Wah…..enak juga itu duitnya……gak cape dapat uang besar….he…he…

Leave a comment